Jumat, 24 Oktober 2014

            Mungkin aku terlalu banyak berharap, tapi demi Tuhan, aku benar-benar sangat senang dengan apa yang kulihat sekarang.  Dia sepertinya memberikan begitu banyak sinyal kepadaku.  Entahlah, tapi aku merasa dia juga menaruh perhatian.  Entah itu karena dia penasaran mendengar aku mengaguminya dan sepertinya begitu maniak terhadapnya, atau dia punya alasan lain yang hanya dia sendiri yang tahu itu.             Tapi jika kutelaah lebih dalam lagi perasaanku ini, aku sebenarnya masih bingung juga.  Aku terkadang bertanya sendiri, apakah aku benar-benar menyukainya atau sekedar terbawa arus dengan aliran yang kubuat sendiri?  Apakah aku pantas menumbuhkan perasaan ini hanya karena dia memberikan beberapa “yang menurutku” sinyal yang dia kirimkan?  Atau apakah aku tidak terlalu ‘tidak tahu diri’ dengan mengumbar perasaan keada orang yang benar-benar tidak mungkin kugapai, tidak mungkin bersamaku, dan bahkan tidak sepadan denganku yang memiliki banyak kekurangan ini?  Entahlah, aku bingung.  Di satu sisi aku demi Tuhan benar-benar senang, tapi di sisi lain aku bimbang, apakah aku pantas untuk tersenyum dengan kebaikannya memberiku peluang mendekatinya?            Tapi satu hal yang kupastikan.  Ini bukanlah kegalauan yang banyak orang lain derita.  Ini juga bukan sesuatu yang sangat penting buatku.  Masih ada hal lain yang lebih penting dibanding perasaan hatiku.  Masih ada hal yang lebih mendesak daripada harus memikirkan kisah cintaku.  Walaupun harus memperjuangkan cinta, tapi ada satu hal yang tidak boleh kulupakan selama hidupku.  Baktiku kepada orang-orang yang telah mejadikanku dapat bermimpi dan merasakan seperti ini.  Aku ingin berbakti kepada mereka.  Setelah itu, jika aku masih memiliki perasaan terhadapnya, bahkan ketika dia tidak pernah melirikku sedikitpun.  Aku akan berusaha mengungkapkan hati ini padanya.            Demi Tuhan, inilah janjiku......?

Senin, 29 September 2014

BLUES

Sepertinya dia sudah memiliki kekasih hati, pendamping yang benar-benar yang dia banggakan..  Aku perrnah melihatnya di kampus, pada saat itu dia benar-benar terlihat sangat serasi dengan kekasihnya itu.  Tahukah kamu bagaimana gambaran perasaanku pada saat itu?  Aku benar-benar tidak dapat membahasakan suasana hatiku pada saat itu.  Aku seperti seorang tunawisma yang merindukan hunian yang telah tersedia di depan mata, namun kecewa karena hunian itu telah dimiliki oleh orang lain tanpa kuketahui sebelumnya.  Mungkin seperti itulah perasaanku pada saat itu. 
Aku sebenarnya heran, memangnya siapa aku harus memiliki perasaan seperti itu? Apa hebatnya dia sampai bisa meruntuhkan tembok yang selama ini kubangun dengan kokoh untuk menghalangi seseorang memasuki hatiku? Apa hebatnya dia? Dan kenapa pula aku harus memikirkan itu? Bukankah dari awal aku sudah tahu akan seperti ini pada akhirnya? Bukankah dari dulu orang-orang terdekatku telah memberikan gambaran akhir yang sesuai dengan kenyataan yang telah kualami ini? Bukankah dari awal aku sudah katakan pada semuanya, khusunya pada diriku sendiri bahwa aku "just like him, tidak lebih" dengan begitu warasnyaLalu kenapa aku seperti ini sekarang? Aku benar-benar tidak profesional dalam hal ini.
Harusnya aku tidak bermain-main seperti ini.  Harusnya aku tidak perlu menumbuhkan perasaan ini.  Harusnya aku sadar diri dari awal, dan tidak mengikuti insting bodohku yang begitu kege-eran ini.  Harusnya aku mendengarkan perkataan temanku saja. Harusnya aku mengabaikan perasaanku saja, bukannya aku sudah sering melakukan itu? Kenapa sekarang aku dengan mudahnya dikalahkan oleh perasaanku? Dan yang paling kusesalkan adalah, mengapa aku harus memberitahukan kepada semua kalau aku menyukainya? Harusnya aku hanya menyimpannya sendirian.  Orang lain harusnya tak perlu tahu perasaanku ini. Karena "harusnya" itu kuabaikan, akhirnya nasibku menjadi seperti ini, terkadang diliputi rasa malu, dan sedih karena sesuatu yang sebenarnya telah kuprediksi sebelumnya.
Tapi bus sudah melaju dan tidak mungkin akan kembali , air sudah terlanjur tumpah tidak akan bisa lagi dikembalikan ke gelasnya.  Ini sudah terjadi, aku tidak mungkin mengulang ke masa di mana aku belum menyukainya, tidak bisa mengulang ke masa di mana dia membuatku mengaguminya, dan aku sudah tidak dapat mengembalikan perasaanku ke masa di mana aku tidak perlu menyukai seseorang di dunia nyata.  It's over now.  Aku kalah dengan keadaan.
Tapi sebenarnya tidak masalah bagiku.  Sebenarnya tidak begitu menyedihkan memiliki perasaan seperti ini.  Paling tidak aku tahu bahwa aku normal karena masih menyukai lawan jenis.  Paling tidak aku masih bisa merasakan panas dingin ketika berada di dekat lawan jenis.  Paling tidak karena menyukainya, hariku menjadi lebih berwarna.  Dan paling tidak, aku sudah benar-benar bisa melupakan mantan kekasihku setelah sekian lama aku masih menyimpannya di hati.
Bagaimanapun juga, terima kasih banyak wahai kamu karena sudah memberiku warna yang berbeda di akhir perjalananku di kampus ini.  Terima kasih.  Aku akan mengenangmu sebagai salah satu yang terindah di kehidupanku.

"Pengen Menabung"

Hari ini aku sedang menunggu.  Awalnya menyenangkan menunggu di tempat yang tidak pernah kudatangi sebelumnya.  Ada begitu banyak orang yang sedang menunggu teman/pacar/atau mungkin keluarganya di sini.  Yah, sekarang aku sedang menunggu teman sekaligus sepupuku yang sedang mengikuti tes penerimaan CPNS setelah lulus pada gelombang pertama (lulus berkas).  Bayangkan, aku bangun lebih awal pada pukul 4.30 wita setelah semalaman begadang sampai pukul 2.00 pagi.  Ini demi sepupu tersayang, yang memang diberikan rezeki lebih awal untuk mengikuti ujian seperti ini.  Tidak buruk, semua berjalan sesuai harapanku.  Tapi, setelah beberapa lama aku menunggu, akhirnya ketakutanku yang hampir saja kulupakan pagi ini muncul juga. Huh, aku kira "kamu" absen hari ini, tapi ternyata kamu datang di saat-saat yang tidak tepat seperti ini.
Perutku mules, aku benar-benar ingin ke belakang untuk membuang semuanya.  Yah, kebiasaanku menabung di pagi hari ini benar-benar tidak mengenal waktu.  Aku benar-benar panik dibuatnya.  Saking paniknya aku, aku sampai berjalan sejauh mungkin hanya untuk mendapatkan tempat untuk menampung sesuatu yang ingin kutabung itu.  Oh my, benar-benar merepotkan sekali kebiasaanku yang satu ini.
Setelah beberapa jauh berjalan, akhirnya aku mendapatkan sebuah tempat suci yang biasanya bersedia menampung apa yang ingin kutabung ini.  Dengan sepenuh harapan, akupun melangkahkan kakiku untuk sesegera mungkin membuang sesuatu yng ingin kutabung itu.  Tapi tahukah kamu? Ternyata aku benar-benar sial hari ini, ternyata tempat itu masih dalam proses pembangunan, belum ada tanda-tanda bahwa dia pernah ditempati apalagi dipakai sebagaimanamestinya. Dengan panik akupun kembali ke tempatku menunggu sebelumnya.  Tapi tiba-tiba rasa ingin menabungku itu menghilang, dengan senangnya akupun kembali.  Berharap bahwa ini akan selamanya, paling tidak sampai aku kembali ke rumah.  Dan aku akan menabung sepuasnya di rumah.  Heheheheh, ini kusebut dengan pembalasan.
Lama berjalan, akhirnya sampai jugalah aku ke tempat di mana seharusnya aku menunggu.  Dengan perasaan lega dan masih sedikit cemas dia akan kembali lagi, akupun melanjutkan pekerjaanku tadi (OL).  Selang beberapa menit aku berselancar di dunia maya, nah loh, dia datang lagi.  Dan suasana sekarang ini benar-benar akan sangat memalukan jika aku panik seperti tadi.  KUberanikan diri untuk duduk diam, stay cool seperti yang biasanya kulakukan.  Walaupun masih sangat tersiksa karena ini benar-benar menyiksa dari awal, aku tetap bertahan dan berdoa semoga ini akhirnya benar-benar akan berakhir di rumah saja.  Dengan selamat tanpa ada cacat sedikitpun.
Yah, semoga saja ya Allah.

Rabu, 10 September 2014

DILEMA

            HAI KAMU....!
Semalam aku tidak sempat memberikan kabar padamu.  Maaf...  Aku terlalu bingung akan menulis apa waktu itu.  Ada kenangan yang sangat tidak kusangka, yang benar-benar di luar dugaanku tengah terjadi pada saat itu.  Kamu tahu tidak, bahwa semalam aku, untuk kesekian kalinya menolak cinta seseorang hanya karena sudah ada kamu di dalam hatiku.  Mungkin kamu tidak tahu dan tidak akan pernah tahu karena aku sendiri tidak memiliki keberanian untuk mengatakannya pada kamu.
Kamu tahu tidak, aku benar-benar senang jika ada yang menyukaiku.  Tapi di sisi lain aku tidak suka berada di situasi tersebut.  Tahu kenapa?  Karena aku tidak suka mengecewakan orang-orang yang pastinya akan kutolak itu.  Andai aku bisa seperti perempuan-perempuan lain di luar sana yang dengan mudahnya menemukan keistimewaan dari orang-orang yang tengah mengejarnya.  Aku kadang bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah aku normal?  Apakah aku bisa menemukan seseorang yang bisa kucintai?  Penantianku untuk menemukan jawaban itu akhirnya berakhir dengan kutemukannya dirimu yang di setiap malamku entah itu sengaja atau tidak selalu saja mencuri waktu tidurku hanya untuk memikirkanmu.  Sangat aneh.
Hai Kamu.....!  andai aku bisa mengatakan semua yang ada di hatiku padamu.  Andai aku bisa begitu cerewetnya di hadapanmu.  Aku benar-benar ingin mengatakan ini padamu, “Mengapa aku harus menyukI KMU?  APA sebenarnya yang menarik dari dirimu? Tidak bisakah kamu juga melirikku seperti aku selalu mencuri lirikan padamu?”.  Tapi itu hanya akan kusampaikan padamu lewat tulisan ini.  Aku tidak memiliki keberanian bahkan hanya secuil untuk mengatakan itu semua.  Huhhh, betapa menyedihkannya hidupku.
Hai Kamu.....!  intinya apa yang harus kulakukan sekarang?  Aku tidak mungkin akan menerima hati yang lain itu.  Tapi aku juga tidak mau dijauhi oleh orang itu.  Dia adalah sosok yang aku banggakan.  Anggap saja dia adalah sahabat terbaikku.  Dan aku tidak akan mungkin menjauhi sahabat terbaikku hanya karena dia menginginkan hatiku yang sebenarnya diam-diam telah kuberikan padamu.  Apa yang harusnya kulakukan?

Andai saja kamu tahu isi hatiku.  Aku benar-benar sangat menunggu hari itu.  Tapi kapan???  Hai Kamu....!  Tolong pekalah sedikit pada diriku yang sedang menyimpan hatiku padamu.  Tolong carilah dia, temukan dia.  Jika pun kamu tidak ingin hati itu berada padamu, kembalikan lah dia dengan damai.  Karena sebenarnya aku sangat tersiksa berada pada situasi seperti ini.  

Senin, 08 September 2014

Missing You

Malam wahai kamu pria yang kukagumi, apa kabar kamu sekarang? Tidak terasa sudah hampir seminggu aku tidak pernah melihat kamu.  TAhu tidak, aku kangeeeennnn banget sama kamu.  Tapi perasaanku hannya bisa kupendam, dan hanya bisa tersalurkan lewat tulisan ini.  Aku tidak punya bahkan sedikit keberanian untuk mengatakannya langsung, bahkan menyapamu di facebook pun aku benar-benar tidak bernyali. Aku hanya sering berharap kamu juga sedang bermain facebook d luaran sana, agar aku bisa melihat status terbarumu, agar aku bisa memperlihatkan status terbaruku juga yang merupakan peluapan rasa sukaku kepadamu yang tak tersalurkan.  Aku sangat senang melihat foto profilmu terpampang d obrolanku.  Dengan begitu aku tahu kamu ada d mana, walaupun aku hanya menebak-nebak saja.  Dengan begitu aku juga tahu kalau kamu sudah tidur atau belum.  Betapa lucunya kisahku ini.  Betapa memalukannya kelakuanku ini.  Semoga kamu tidak keberatan dengan kebiasaanku menguntitmu, karena aku tidak tahu bagaimana mengontrol otakku untuk tidak memikirkanmu.  Aku bahkan tidak dapat menghindari kebiasaan jari jemariku untuk mengetikkan namamu di pencarianku di facebook.  Hanya itu yang bisa kulakukan, karena hanya jejaring itu saja aku bisa bersamamu, setidaknya menurutku seperti itu.  Aku tidak punya kontakmu yang lain lagi.
Wahai kamu pria yang kukagumi. Jika tuhan masih memberikan kesempatan kepadaku lagi untuk bertemu denganmu, semoga aku sudah berubah menjadi seorang wanita yang memeson seperti yang kamu bayangkan.  Semoga pada saat itu terjadi aku telah berubah menjadi wanita yang penuh keberanian untuk menyatakan seluruh isi hatiku.Tidak peduli kau membalasnya atau tidak. Semoga.....
Malam ini, kuakhiri perbincanganku denganmu dari hatiku. Semoga kamu mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di luar sana.  Sekali lagi maaf, karena orang seperti diriku telah berani menyukaimu.

Sabtu, 06 September 2014

Mengagumi Dia

Aku tidak tahu awalnya bagaimana.  Perasaan ini tiba-tiba saja datang tanpa diundang, tidak mengenal permisi dan tanpa ampun.  Andai dia datang setelah menyampaikan pesan padaku, mungkin aku bisa mengantisipasi efek dari perasaan ini. Tapi nyatanya tidak....  Aku terlanjur memiliki perasaan yang selama lima tahun terakhir tidak pernah kurasakan.  Huuhhhh, sengsaranya hatiku ini.
Aku sedang merasakan sesuatu yang aneh di hatiku sekarang.  Ya, aku merasakan jatuh cinta mungkin.  Aku tiba-tiba saja menyukai pria itu tanpa alasan, tanpa tahu awalnya dari mana, dan tanpa meminta pendapat dulu dariku.  Aku menyukainya, dan mungkin sangat menyukainya.  Begitu sukanya pada pria itu, aku bahkan tanpa sadar mengubah penampilanku yang dulunya tidak peduli dengan penampilan, malah sekarang sangat menjaga penampilanku agar terlihat tetap segar di matanya. OH MY GOOOOD.....................!  Ini benar-benar jauh dari diriku yang sebenarnya.
Tapi sayangnya, perasaanku ini hanya mampu kusimpan di dalam hati saja. Aku tidak memiliki cukup keberanian untuk mengungkapkannya pada yang bersangkutan.  Terlalu ciut nyaliku untuk mengatakan isi hatiku kepadanya.  Huhh, kapan aku bisa mengatakan perasaan ini.....
Aku takut mendengar penolakan. Yah, itulah alasan utamaku.  Tidak masalah aku memendamnya sampai kapanpun.  Aku hanya berterimAkasih kepada orang itu karena paling tidak aku sudah bisa membuka hatiku untuk seseorang. Itu artinya aku masih normal.  Aku rela hanya menjadi pengagumnya saja, sampai waktu yang tidak ditentukan....